Friday, October 19, 2012

Interfaith Dialogue at the Cheltenham Library 30 September 2012, Bev reads the English part & Anton reads the Indonesian.




Friday, June 3, 2011

Sunday, September 19, 2010

Islam - Kristen - Yahudi Saling Bantu

Setelah kejadian penggerebekan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang terhadap kelompok yang dicurigai sebagai kelompok yang membahayakan masyarakat beberapa tahun yang lalu, tepatnya tanggal 8 November 2005, ada ‘sesuatu yang menarik’ terjadi dan sesuatu yang selama ini tidak pernah kita sangka akan terjadi.

Seperti kita ketahui umat Islam menjadi ‘bulan-bulanan’ dari sebagian kecil sekali orang yang ‘iseng’ dengan melakukan hal-hal yang mempunyai dampak negatif.terhadap komunitas Islam di Australia.

‘Sesuatu yang menarik’ yaitu kompaknya umat yang beragama Yahudi dan Kristen untuk melindungi komunitas Islam dari kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Di dalam koran harian the Age (28/12/05) ada berita yang berjudul ‘Jews offer tips to Muslims’ yang ditulis oleh Ian Munro. Disini disebutkan bahwa orang Yahudi yang berpengalaman dalam hal menjaga sinagogoe akan membantu orang Islam untuk bagaimana melindungi mesjid dengan cara melatih masyarakat orang Islam untuk melaporkan kegiatan yang mencurigakan.

Dari sini ternyata bahwa persamaan nasib menimbulkan rasa solidaritas beragama yang tinggi, untuk saling ingin melindungi. Jadi kelihatan sekali bahwa dalam keadaan yang mengancam kesalamatan diri sebagai manusia yang kelihatan adalah kita sama-sama manusia, apa agama yang dianut mungkin hal yang kedua! Yang adalah ‘solidaritas beragama.’ Tiga agama yang bersumber dari sejarah dan Nabi yang sama yaitu Nabi Ibrahim! Tauhidnya sama tapi syariahnya beda!

Memang ada kejadian seperti karena pakai jilbab diganggu, mesjid yang dilempari dan kejadian-kejadian yang sebenarnya bukan suatu hal yang aneh. Tempat suci orang Yahudi dari dulu sering dilempari oleh orang oarng yang tidak bertanggung jawab. Jadi apa yang terjadi beberapa tahun terakhir ini tidak perlu dibesar-besarkan karena ini hanya gejala yang biasa terjadi di manapun dan sudah pernah terjadi di dalam sejarah. Ini suatu proses seperti lirik lagu Chrisye ‘Badai Pasti Berlalu.’ Agama Katolikpun pernah mengalami perlakuan serupa yang sekarang dialami oleh agama Islam. Ned Kelly, Mat Jampangnya Australia, yang beragama Katolik diperlakukan jelek sekali yang akhirnya dihukum gantung di penjara di Melbourne yang sekarang jadi salah satu atraksi turis. Menurut beberapa versi di dalam sejarah Australia tercatat ini merupakan ‘rasisme/prasangka buruk’ pertama terhadap agama Katolik.

Di zaman salah satu kerajaan Islampun kerukunan beragama dikenal sebagai salah satu daya tarik dari agama Islam. Tercatat dalam sejarah, bahwa pernah di satu tempat, pada hari Jumat dijadikan sebagai tempat untuk orang yang beragama Islam untuk salat Jumat dan hari Minggu dijadikan tempat bagi umat Nasrani melakukan misa Minggu.

Jadi yang diributkan itu apa sih? Kebenaran? Di dunia ini kita kan cuma bicara masalah ‘kebenaran relatif’ sedangkan ‘kebenaran mutlak’ hanya milikNya! Kita tahu benar-salah itu nanti, gak sekarang! Artinya, kita tidak bisa menyalahkan agama orang lain dan merasa bahwa agama yang dianutnyalah yang benar!

Konperensi Interfaith Sedunia yang baru-baru ini diadakan di Melbourne merupakan sarana yang positif sekali dalam mencari titik-titik persamaan antara agama di dunia. Dan kalau dipikir-pikir yang diributkan itu apa? Kita sama-sama menyembah ‘ sesuatu’ yang kita beri nama Allah, Tuhan, Sang Hyiang Widhi, apapunlah namanya, tapi kan kita sama-sama menyembah dan merendahkan diri kita sebagai manusia kepada yang Maha Kuasa yang menciptakan alam semesta ini.

Bagaimana kita melakukan ritual dalam penyembahan kepadaNya, tentu berbeda karena waktu dan tempat di mana agama tersebut diturunkan berbeda! Agama Yahudi diturunkan kepada umat Nabi Musa di mana sikonnya berbeda dengan agama Kristen yang diturunkan juga berbeda dengan agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Agamanya beda tapi tujuannya sama yaitu kita sama-sama mau masuk surga!

Jadi yang diributkan itu apa? Penulis jadi ingat guyon seorang teman dan kolega pada waktu masih kuliah, sang dosen nyeletuk kepada salah seorang mahasiswinya ‘ Mbak yu itu mau ngomong apa, koq sulit banget kelihatannya.’
Apakah yang kita ributkan ini ‘kekuasaan?’ Atau yang kita ributkan adalah ‘ketidakamanan kita sendiri terhadap keyakinan kita sendiri? Atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan agama? Kita masing-masinglah yang hanya bisa menjawabnya, dan tidak ada orang lain yang mampu dan berhak menjawabnya. Waktu yang terbaik untuk mencari jawabannya adalah sebelum tidur, di mana semua umat manusia sudah lelap tidur dan yang masih terjaga hanya; Tuhan dan Anda!

Kenapa pada zaman yang katanya banyak orang yang punya ‘wawasan luas’ dengan atribut doctor, master apalagi tapi punya ‘wawasan sempit dalam bertoleransi agama.’ Apa yang salah ya?

Mungkin salah satu sebab adalah, kita belajar hanya untuk mendapatkan ‘secarik kertas’ yang bertuliskan:

The University of Timbuktu


This is certify that

Si Anu

Was duly admitted to the degree of


Doctor of Biology

In The University of Timbuktu on

30 August 2010-04-02





Vice Chancellor

University Secretary


………………………………

…………………………………….


Tapi kita tahu pendidikan tinggi formal tidak menjamin luasnya wawasan seseorang. Dan kita melihat dan tahu pendidikan formal tok justru mempersempit cara pandang seseorang. Kombinasi antara pendidikan formal dan pengalaman hiduplah yang merupakan kombinasi yang serasi. Biasanya kombinasi antara keduanya akan memperluas wawasan seseorang dan bisa menerima perbedaan pendapat betapapun besar perbedaan tsb. Nah kalau ini yang terjadi terhadap seseorang maka tujuan utama dari pendidikan itu sudah tercapai! Dan pikiran seperti ini juga akan berpengaruh terhadap sikap beragama dan orang tsb akan punya rasa toleransi agama yang tinggi.

Karena dia tahu yang kita ributkan selama ini adalah ‘kebenaran relatif’. ‘Kebenaran absolut’ yang punya adalah Tuhan. Artinya kalau kita setuju bahwa kita yang masih mengaku sebagai manusia hanya boleh bicara tentang ‘kebenaran relatif’ dan ‘kebenaran absolut’ hanya milik Allah, maka tidak akan ada keributan agama, tidak akan ada saling-ngotot, maunya mau menang sendiri, lantas ngoceh, ‘masuk neraka lu!’ Sejak kapan Allah memberikan hak kepada manusia untuk menghakimi sesama manusia, apalagi masalah surga dan neraka?

Ada satu lelucon, katanya nanti di akhirat nanti hanya ada dua pintu yang di depannya tertulis: ‘Good Religion & Bad Religion.’ Yang terjadi terjadi adalah, semua orang berdesak-desakan di pintu yang tertulis: GOOD RELIGION!

Artinya, janganlah kita sekarang ini menghakimi orang lain, kita hanya bisa berbuat semaksimal mungkin, setelah itu serahkan kepada Sang Pencipta alam semesta ini.

Di dalam Kitab Suci Al-Quran ada satu ayat yang berbunyi: ‘Agamaku agamaku, agamamu agamamu.’
Nah, kalau kita interpretasikan ayat ini, berarti ya, kalau yang beragama Islam, ya, shalat lima kali sehari yang merupakan tonggak dalam penyerahan diri kepada Allah dan salah satu cara untuk ‘membersihkan hati’. Yang beragama Nasrani dan Yahudi juga menjalankan ritualnya masing-masing yang berbeda! Kalau seandainya kita masing-masing kita menjalankan apa yang diminta oleh kepercayaan kita masing-masing tentu planet yang namanya bumi ini merupakan tempat yang indah untuk didiami bersama, amin!

Published by BUSET Magazine in September 2010